Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Meluasnya perbedaan dalam fiqh
1. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 1
MAKALAH
“PERIODE PERTUMBUHAN AWAL FIQIH’’
(Makalah ini ditujukan untuk memenuhi mata kuliah Fiqih)
Dosen:
Abdul Hamid Aly, S.Pd.,M.Pd
NAMA KELOMPOK 2 :
1.Nurliana (21901083066)
2.Putri Aurelia (21901083048)
3.Fadia Nur Anisa (21901083068)
4.Wardatul Widad (21901083050)
5.Mohamad Anirut Lanang (21901083069)
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
TAHUN 2019/2020
2. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat
manusia.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih sebagai bahan
penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin.Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.Maka dari itu kami sebagai
penyusun makalah ini mohon mengkritik serta memberi saran dari semua yang membaca
makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Fiqih yang kami harapkan sebagai bahan koreksi
untuk kami.
Malang, 27 September 2019
Tim Penyusun
3. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN…...…………………………………………………………….iii
1.1.Latar Belakang…………………………………………………………………...1
1.2.Perumusan Masalah……………………………………………………………...2
1.3.Tujuan…………………………………………………………………………....2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Meluasmya perbedaan dalam fiqih........................................................................3
2.2.Tersebarnya periwayatan hadist.............................................................................6
2.2.1.Pengertian................................................................................................7
2.2.2.Cara-cara.................................................................................................8
2.2.3.Macam-macam........................................................................................8
2.2.4.Periwayatan hadist masa sahabat.............................................................9
2.2.5Periwayatan hadist masa tabi’in...............................................................9
2.3. Lahirnya madrasah hadist dan ra’yi.....................................................................10
2.3.1.Pengertian ahlu ra’yi…….................……………………………….....10
2.3.2.Pengertian ahlu hadist…….......……………………………………….10
2.3.3.Sejarah ahlu hadist.................................................................................10
2.3.4.Cara-cara ahlu hadist mengistinbathkan hukum....................................10
2.3.5.Pengaruh ahlu hadist dalam perkembangan sunnah...............................11
2.3.6.Sejarah ahlu ra’yi....................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1. kesimpulan............................................................................................................13
3.2. referensi atau daftar pustaka.................................................................................14
4. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pembinaan hukum islam seperti yang telah kita ketahui telah mengalami beberapa
fase periode.Dimulai pada zaman Nabi hingga sekarang.Nabi telah meletakkan dasar hukum
yang dipegang teguh oleh sahabat.Ketika beliau wafat,tradisi keilmuan yang berkenaan
dengan hukum islam diteruskan oleh para sahabat beliau.
Pada saat Rasulullah masih hidup,yang bertindak sebagai pemecah perkara dan
pelerai perikaian dalam masyarakat adalah beliau sendiri.Keputusan beliau itu didasarkan
atas wahyu dan sunnah,termasuk musyawarah dengan sahabat.Sehingga pada masa
nabi,setiap persoalan dengan mudah dikembalikan pada Rasulullah.Namun sejak wafatnya
beliau,berhentilah wahyu yang beliau terima dari Malaikat Jibril baik ketika beliu di Makkah
ataupun Madinah.Demikian juga dengan sunnah,berakhir ketika Rasulullah wafat.Maka
semua persoalan yang timbul setelah beliau wafat dijadikan dalam satu pembahasan,yaitu
Fiqih.Fiqih merupakan kumpulan hukum-hukum syar’i yang bersifat dhohir dan didasari oleh
dalil-dalil yang rinci.
Namun,tentu pada masa ini memunculkan perbedaan.Perbedaan yang muncul
merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada setiap pensyariatan yang menjadikan aktivitas
manusia berikut adat-adat sebagai sumber.Hal ini disebabkan karena adat-adat manusia
berbeda-beda,pekerjaan mereka bermcam-macam dan pendapat mereka beragam,sesuai
dengan fitrah mereka diciptakan Allah SWT.
Ketika muncul perbedaan-perbedaan ini sahabat membutuhkan rujukan untuk
memecahkannya,karena yang selama ini menjadi panutan mereka telah wafat yakni
Rasulullah.Walaupun para sahabat memerlukan petunjuk-petunjuk dan keterangan Nabi
Muhammad SAW dalam menafsirkan dan melaksanakan ketentuan dalam Al-quran.Di
sinilah muncul inisiatif untuk menulis hadist.Penulisan ini dilakukan secara bertahap,seiring
dengan makin banyaknya sahabat yang wafat,penulisan hadis makin dilakukan untuk
menghindari adanya kerancuan pendapat bagi generasi umat islam setelahnya dalam
memecahkan masalah.
5. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 5
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perbedaan fiqih yang terjadi pada masa Rasulullah,Khulafaur Rasyidin hingga
jatuhnya Dinasti Umayyah?
2. Bagaimana tersebarnya periwayatan hadist?
3. Jelaskan proses lahirnya hadist dan ra’yi!
C.TUJUAN
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan dalam fiqih dari zaman khulafaur rasyidin hingga bani
umayyah.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses periwayatan hadist.
3. Untuk mengetahui proses lahirnya hadist dan ra’yi.
6. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 6
BAB II
PEMBAHASAN
A.MELUASNYA PERBEDAAN DALAM FIQIH
Perbedaan dalam hukum fiqih merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada setiap
pensyariatan yang menjadikan aktivitas-aktivitas manusia berikut adat-adat sebagai
sumber.Selain itu pendapat dan juga pemikiran serta pertimbangan sebagai dasar pijakan.Hal
ini didasarkan karena adat-adat manusia berbeda-beda,pekerjaan bermacam macam,dan
pendapat yang beragam,sesuai fitrah mereka diciptakan Allah SWT.Bila dasar pikiran yang
digunakan berbeda,sudah tentu hasilnya akan berbeda pula.
Bercerita tentang periodisasi ilmu fiqih,pada dasarnya fiqih tumbuh dan mulai
berkembang pada masa Nabi Muhammad SAW.Dalam buku tarikh tasyri’ biasa dijelaskan
periodisasi sejarah fiqih atas dasar hal menonjol pada masa tertentu.
-Masa Makkah dan Madinah
Dalam masa ini risalah Nabi Muhammad SAW lebih banyak tertuju pada masalah
aqidah.Ayat hukum yang turun pada periode ini tidak banyak jumlahnya,dan itupun dalam
rangkaian mewujudkan revolusi aqidah untuk mengubah sistem kepercayaan masyarakat
jahiliyah menuju penghambaan kepada Allah semata.Fiqih pada masa Rasulullah adalah fiqih
waqi’ amali artinya hukum dibahas setelah kejadian.Jadi fiqih pada masa itu adalah bersifat
praktek dan bukan teori.Jadi metode pensyariatan pada masa ini memakai cara yang
didahului pertanyaan para sahabat karena kebutuhan mereka terhadap hukum dan dengan
cara diwahyukan tanpa adanya pertanyaan dari sahabat.Rasulullah SAW menyampaikan apa
yang diterimanya dari Allah dan menjelaskannya kepada mereka baik aspek ibadah maupun
muamalah.
-Masa khulafaur Rasyidin
Pada periode ini fiqih untuk pertama kalinya dihadapkan pada persoalan baru yaitu masalah
moral,etika,kultural dan lain-lain.Faktor-faktor itulah yang mempengaruhi perkembangan
fiqih pada periode ini.Karena lamanya para sahabat bergaul dengan nabi dan menyaksikan
sendiri proses turunnya syariat,menyikapi setiap persoalan yang muncul dengan merujuk
pada al-quran dan sunnah.
Sejalan dengan perkembangan fiqih pada periode ini,muncul perluasan wilayah islam yang
membantu memperkaya tsarwah fiqiyah.Saat itulah mulai terjadi perbedaan pemahaman
terhadap nash.Konsekuensi dari perluasan wilayah ini memicu bercampurnya orang-orang
arab dengan yang lain,yang sebagian dari yang lainnya masih berpegang teguh pada
agamanya.Fenomena ini baru muncul dizaman nabi sehingga dibutuhkan aturan baru untuk
mengatur hubungan islam dan non-islam yang mengaharuskan para fuqaha melakukan
ijtihad untuk menjawab persoalan. Setiap persoalan merujuk pada al-qura dan hadis,namun
7. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 7
jika tidak ditemukan maka bermusyawarah sampai menemukannya.Cara ini banyak
digunakan para khulafaur rasyidin dalam menemukan hukum.
Adapun ciri-ciri fiqih pada masa khulafaur rasyidin :
1.Pada masa ini Al-quran telah terkumpul dan dibukukan menjadi satu mushaf.
2.Hadist tidak diriwayatkan pada masa ini,kecuali apabila kebutuhan untuk
meriwayatkannya.
3.Maerpakan awal mula munculnya ijma’ .Mengijma’kan banyak masalah namun hanya
sedikit sahabat,karena masih sangat memungkinkan untuk bisa berkumpul bila mendaati
persoalan baru.
4.Permasalahan fiqih pada masa itu sesuai dengan kejadian yang terjadi pada masa itu.
5.Hukum-hukum yang ditetapkan ada masa itu tidak dibukukan,mereka hanya menjaganya di
hati.
-Masa Bani Umayyah
Khalifah pada masa bani umayyah tidak terlalu banyak mengetahui banyak tentang hukum
dan syariat islam dan cara-cara berijtihad kecuali Umar Bin Abdul Aziz.Ini disebabkan para
khalifah Bani umayyah lebih terfokus pada urusan politik agar kekuasaan tidak berpindah ke
tangan yang lain.Tidak seperti masa khulafaur rasyidin ,pada masa ini urusan agama
diserahkan pada ulama dan penguasa yang hanya bertanggung jawab pada urusan politik.
Kebujakan pemerintahan yang membedakan urusan agama dan negara ini berakibat
munculnya pemikiran ulama lain.Terlebih lagi semakin luasnya kekuasaan wilayah islam
pada masa ini yang mengakibatkan luasnya daerah dakwah bagi para tabi’in dan sahabat yang
berbeda infomasi hadist yang berbeda pula.
Secara umum,ulama pada masa ini mengikuti langkah-langkah para sahabat dalam penetapan
hukum.Demikian ada beberapa perbedan mengenai perkembangan fiqih.Khususnya ulama
yang berada di Irak yang memandang hukum sebagai rasionalitas.Mereka tidak saja
menggunakan rasio dalam memahami hukum dan menyikapi persoalan yang muncul tetapi
juga memprediksikan suatu peristiwa yang belum terjadi dan memberi hukumnya.
B.TERSEBARNNYA PERIWAYATAN HADIST
A.Pengertian Periwayatan Hadist
Hadist Nabi yang terhimpun dalam kitab-kitab hadist, misalnya shahih al- Bukhori
dan shahih Muslim, terlebih dahulu telah melalui proses kegiatan yang di namai dengan
riwayat al-hadist atau al-riwayat, yang diterjemahkan dengan periwayatan hadist atau
periwayatan. Sesuatu yang diriwayatkan, secara umum juga biasa disebut dengan riwayat.
Menurut istilah ilmu hadis, yang dimaksud dengan al-riwayat atau periwayatan hadis
ialah kegiatan penerimaan dan penyampaian hadist. Seseorang tidak berhak meriwayatkan
8. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 8
hadis tersebut apabila menghilangkan kata-kata atau menambahkan dengan kata-katanya
sendiri, sehingga muncullah hadist-hadist yang hanya sesuai dengan pemahamannya sendiri.
B.Cara-Cara Periwayatan Hadist
Ada delapan macam kaifiyah tahammul wa al-ada’ atau sistem dan cara penerimaan dan
penyampaian hadis, yaitu sebagai berikut:
• As-Sama’
• Al-Qira’ah
• Al-Ijazah
• Al-Munawalah
• Al-Mukatabah
• Al-I’lam
• Al-Wasiyyah
• Al-Wijadah
C.Macam-Macam Periwayatan Hadist
1.Riwayat Al-Aqran dan Mudabbaj
Apabila seorang rawi meriwayatkan sebuah hadits dari kawan-kawannya yang sebaya
umurnya atau yang sama-sama belajar dari seorang guru, maka periwayatannya disebut
riwayat al-aqran. Sedangkan jika masing-masing rawi yang segenerasi tersebut saling
meriwayatkan hadits, periwayatannya disebut riwayat mudabbaj. Riwayat al-aqran dan
mudabbaj biasa terjadi untuk setiap thabaqhah rawi, sahabat, tabi’in,dan lain-lain.
2.Riwayat Al-Akabir an’ Al-Ashaghir
Maksudnya adalah periwayatan hadis oleh seorang yang lebih tua atau yang lebih banyak
ilmunya kepada orang yang lebih muda atau lebih sedikit ilmunya. Seperti contoh, riwayat
shahabat dari tabi’in (Ibn ‘Abbas dari Ka’ab al-Akhbar), tabi’in dari tabi’at tabi’in (Az-Zuhri
dari Malik).
3.Riwayat An’ At-Tabi’in ‘An Ash-Shahabat
Maksudnya periwayatan seorang sahabat yang menerima hadist dari seorang tabi’in yang
telah menerima hadis dari sahabat lain. Seperti contoh ,riwayat Sahal ibn Sa’ad (sahabat)
yang menerima hadist dari Marwan ibn Hakam (tabi’in) yang menerima hadist dari Zaid ibn
Tsabit (Sahabat).
4.Riwayat As-Sabiq Dan Riwayatal-Lahiq
Apabila dua orang rawi pernah bersama-sama menerima hadits dari seorang guru, kemudian
salah seorang darinya meninggal dunia, namun sebelum meninggal dunia ia pernah
meriwayatkan hadits tersebut. Maka riwayat rawi yang meninggal tersebut disebut riwayat
as-sabiq, sedangkan riwayat yang disampaikan oleh rawi yang meninggal lebih akhir tersebut
disebut riwayat al-lahiq.
9. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 9
5.Riwayat Musalsal
Dalam bahasa arab kata musalsal artinya tali-temali. Maksudnya terdapat satu sifat, keadaan
atau perkataan yang selalu sesuai, biasa terjadi pada rawi dan pada periwayatannya.
6.Riwayat Mutafiq Dan Muttariq
Apabila ada penyesuaian riwayat antara rawi yang satu dengan yang lain mengenai nama asli,
nama samaran, keturunan dan sebagainya dalam ucapan maupun tulisan, tetapi berlainan
orangnya yang dimaksud dengan nama tersebut disebut muttafiq, dan sebagai lawannya
disebut muttariq. Misalnya rawi yang bernama Hammad ada dua, Hammad ibn Zaid dan
Hammad ibn Salamah.
7.Riwayat Mu’talif Dan Mukhtalif
Apabila terjadi kesamaan nama rawi, kuniyah dan laqab itu pada bentuk tulisan sedangkan
pada lafazh atau ucapannya tidak disebut mu’talif dan sebagai lawannya disebut mukhtalif.
Misalnya, rawi Sallam (dengan satu huruf yang dirangkap) tulisannya sama dengan Salam
(tidak ada huruf yang dirangkap).
D.Periwayatan Hadist Pada Masa Sahabat
Setelah Nabi wafat (11 H = 632 M), sahabat tidak dapat lagi mendengar sabda-sabda,
menyaksikan perbuatan-perbuatan dan hal ihwal Nabi secara langsung. Kepada umatnya
beliau juga meninggalkan dua pegangan sebagai dasar bagi pedoman hidup, yaitu Al-Qur’an
dan Hadits (as-Sunnah).
kendali kepemimpinan ummat islam berada ditangan sahabat Nabi. Sahabat Nabi yang
pertama menerima kepemimpinan itu adalah Abu Bakar al-Shiddiq kemudian disusul oleh
‘Umar bin al-Khaththab ‘Usman bin ‘Affan dan ‘Aliy bin Abiy Thalib keempat khalifa ini
dalam sejarah dikenal denga sebutan al-Khulafa’ al-Rasyidin dan periodenya biasa disebut
dengan Zaman Sahabat Besar.
Dalam praktiknya, ada dua cara sahabat meriwayatkan suatu hadits, yaitu :
1.Dengan lafazh asli, yakni menurut lafazh yang mereka terima dari Nabi SAW. Yang
mereka hafal benar lafazh dari Nabi.
2.Dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya karena tidak hafal lafazh
asli dari Nabi SAW.
E.Periwayatan Hadist Pada Masa Tabi’in
Pada masa ini, Al-Qur’an sudah dikumpulkan dalam satu mushaf, sehingga tidak lagi
mengkhawatirkan. Selain itu, pada masa akhir periode al-Khulafa’ al-Rasyidun (masa
khalifah ‘Utsman bin ‘Affan) para sahabat ahli hadits telah menyebar kebeberapa wilayah
kekuasaan islam. Ini menjadi kemudahan bagi para tabi’in untuk mempelajari hadits-hadits
10. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 10
dari mereka. Oleh sebab itu, masa ini dikenal dengan masa menyebarnya periwayatan hadits
yaitu masa di mana hadits tidak lagi hanya terpusat di Madinah tetapi sudah diriwayatkan
diberbagai daerah dengan para sahabat sebagai tokoh-tokohnya.
C.LAHIRNYA MADRASAH HADIST DAN RA’YI
A.Pengertian ahlu ra’yi
Ra’yi berarti berfikir dan merenungkan akal. Ra’yu menurut pakar ushul fikih yaitu
kecenderungan yang mutlak,tanpa memperhatikan pokok-pokok dan prinsip yang bersifat
umum. Para fuqara irak disebut ahli Ra’yi,sebab mereka memperhatikan panggalian hukum
dengan makna tersirat dari suatu nash,qiyas,dan istihsan.
B.Pengertian Ahlu Hadist
Banyak ulama yang telah menyebutkan definisi Ahlul Hadits.Mungkin bisa dikumpulkan dan
disimpulkan sebagai berikut:”Ahlul hadist adalah mereka yang mempunyai perhatian
terhadap hadits baik riwayat maupun dirayah,mereka bersungguh-sungguhdalam mempelajari
hadist Nabi SAW dan menyampaikan serta mengamalkannya.Mereka iltizam (komitmen)
dengan as-sunnah,menjauhi bid’ah serta sangat berbeda dengan para pengikut hawa nafsu
yang mendahulukan perkataan manusia di atas perkataan Rasulullah SAW dan mendahulukan
akal-akal mereka yang rusak yang bertentangan dengan al-quran dan sunnah.
C.Sejarah Ahlu Hadits
Madrasah hadits pada permulaannya timbul di Hijaz,karena penduduk Hijaz lebih
mengetahui tentang ucapan dan perbuatan Rasul.Mereka yang mendukung panji-panji
hadist.Hijaz pada masa itu merupakan sentrum para ulama.Mereka terpengaruh oleh jalan
pikiran fuquha-fuquha sahabat dan tabi’in.
Madarasah hadits ini sebenarnya bukan hanya dipegang oleh fuquha Hijaz atau Madinah saja,
melainkan juga oleh fuquha di luar Hijaz,yang pengikut-pengikutnya terdapat di beberapa
kota besar Islam.Amir Asy-Sya’bi seorang fuquha Kufah berpegang teguh pada atsar dengan
tidak melampauinya.Madrasah hadist ini mula-mulanya dipimpin oleh Ibnu
Musaiyab.Banyak ulama Hijaz yang berguru padanya.Fuqaha-fuqaha itu setelah mempelajari
dengan benar bagaimana cara istinbath Ibnu Musaiyab,merekapun ke berbagai kota gua
menyampaikan dan mmengajarkan ilmu hadist yang diriwayatkan oleh ulama-ulama
Madinah.Yang mengendalikan madrasah hadist ini selain Said Bin Musaiyab adalah Salim
Bin Abdullah Bin Umar kemudian Az-Zuhri dan Yahya Bin Said kemudian sesudahnya
Malik Asy-Syafi’i.
D.Cara-cara Ahlu Hadits Mengistinbathkan Hukum
Apabila para ulama hadits dihadapkan kepada sesuatu masalah maka mereka mencari
penyelesaian masalah pada kitabullah,kemudian pada sunnah rasul.Jika mereka mendapati
hadist yang berbeda,mereka mengambil hadist yang diriwayatkan perawi-perawi yang lebih
utama.Apabila mereka tidak memperoleh hadist,mereka meninjau pendapat sahabat.Jika
11. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 11
mereka tidak mendapat jawaban sahabat maka mereka menggunakan ijtihad .Karena itu
mereka tidak menyukai fiqih iftiradhi dan tak suka bertanya tentang masalah yang belum
terjadi ,akan tetapi kecnderungan ini tidak lama masanya,berakhir dengan wafatnya Imam
Dawud Bin Ali.Fuquha yang datang sesudahnya,semuanya memperhatikan fatwa dan
memberikan fatwa terhadap yang telah terjadi atau yang mungkin terjadi.
E.Pengaruh Ahlu Hadits dalam Perkembangan Sunnah
Walaupun mempunyai keutamaan dalam memegang hadits dan mengumpulkannya,namun
menjadi sebabyang tidak langsung bagi munculnya hadist palsu.Sebabnya adalah karena
pemuka-pemuka ahlul hadist ini tidak memecahkan persoalan yang tidak terdapat
nashnya,maka sebagian anggota masyarakat islam yang tidak merasa keberatan membuat
hadis palsu,melakukan untuk menguatkan pendirian baik yang dibuat oleh tukang cerita
maupun dibuat oleh orang-orang fanatik madzhab untuk memepertahankan pendirian
imannya dan madzhabnya.Akan tetapi yang demikian tidak mempegaruhi fiqih karena para
ulama sangat meneliti benar-benar mana hadistyang shahih dan yang tidak.
F.Sejarah Ahlu Ra’yi
Kufah adalah satu kota di Irak yang mempunyai kedudukan dalam mengembangkan ilmu
menyaingi Kota Madinah walaupun tidak mempunyai popularitas ilmiah sebelum lahirnya
madzhab-madzhab jama’iyah dan lahir abu hanifah yang fiqihnya berlawanan dengan Ahlul
hadist dalam segi-segi beristinbath dan dalam membahas illat-illat hukum.
Irak jauh dari daerah hadits yang belum lagi dibukukan itu.Hadits yang sampai ke Irak adalah
hadist-hadist yang dibawa oleh para sahabat.Disamping itu perseliihan umat muslim lantaran
masalah khilafiyah sumbernya di Irak. Di sana timbul juga kaum Syi’ah dan Khawarij dan
juga terdapat hadist palsu.
Tokoh fiqihnya yang pertama,yang meninggalkan sistem yang kemudian diambil oleh fuquha
Irak ialah:Abdullah ibn Mas’ud, yang sependirian dengan Umar dalam mempergunakan
ijtihad dan membahas illat-illat hukum. Ahlul ra’yi tidak hanya dipimpin dari fuquha-fuquha
dari Irak saja,salah satunya ialah Abdullah ibn Masu’udlah.
Kemudian madrasah ini dipimpin oleh Abu Hanifah,yang kepada beliaulah madrasah ini
disandarkan,sehingga madzhab Hanafiyah merupakan madzhab ra’yi yang jama’i atau
madzhab jama’i dalam madrasah ra’yi yang masanya bersamaan dengan madzhab jama’i
dalam madrasah hadits yakni Madzhab Imam Malik.
-Sifat Madrasah Ra’yi dan Sistem yang Ditempuhnya
Madrasah ra’yu berpendapat bahwa agama Islam telah sempurna sebelum Rasul
wafat.Syariat Islam dapat dipahami maknanya,dapat diselami illat- illatnya.Karena itu fuquha
madrasah ini membahas illat-illat hukum dan menentukan hukum sesuai dengan perputaran
illat-illatnya.Karenanya mereka tidak takut-takut memberi fatwa terhadap suatu masalah yang
belum terjadi.Dalam pada itu mereka sangat takut(sangatberhati-hati) menerima sesuatu
hadits karena takut kalau-kalau hadits itu palsu.
Dalil yang bersifat qath’i adanya dan bersifat qath’i pula dalalahnya,seperti Qur’an dan
Sunnah amaliah tidak akan menjadi medan perselisihan.Tapi dalil-dalil yang bersifat dhanni
adanya atau dalalahnya atau dhanni kedua-duanya,itulah yang menjadi tempat perselisihan.
12. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 12
Dengan tokoh utama Abu Hanifah.Bagi Abu Hanifah sumber hukum utama yang dijadikan
rujukan ialah Kitabullah(Al-Qur’an),kemudian Sunnah Rasulullah setelah melalui seleksi
yang ketat,dan ketiga fatwa sahabat.Dalam hal ijtihad digunakan ijma’, qiyas, istishan, dan
‘urf.
Kedua aliran ini menganut prinsip yang berbeda dalam metode ijtihad.Madrasah al-Hijaz
dikenal sangat kuat berpegangan pada hadits,karena mereka banyak mengetahui hadits
rasulullah SAW,disamping kasus-kasus yang mereka hadapi bersifat sederhana dan
pemecahannya tidak banyak memerlukan logika.Madrasah Al-iraq,dalam menjawab
permasalahan hukum lebih banyak menggunakan logika dalam berijtihad hal ini mereka
lakukan karena hadits-hadits rasullah SAW yang sampai kepada mereka hanya dalam jumlah
yang terbatas,sedangkan kasus-kasus yang mereka hadapi jauh lebih berat dan
beragam.Ulama ijaz berhadapan dengan masyarakat yang homogen, sedangkan ulama Irak
berhadapan dengan masyarakat yang heterogen.Maka menurut Mustafa Ahmad Al-Zarqa,
tidak mengherankan jika ulama irak banyak menggunakan logika dalam berijtihad.
-Perkembangan Pola Ijtihad Para Tabi’in dalam Fenomena Ahlu Hadits dan Ahlu
Ra’yu
Istilah lain yang digunakan oleh banyak ulama seperti Abdul Wahhab Khallaf,Khudlari
Bik,Dalam dan Abu Zahrah,pemilihan ini popular juga disebut dengan ahl ar-ra’yu dan ahl
al-hadis.Menurut Muhammad Faruqan-Nabhan, madrasah ra’yu berkembang di Kufah(Iraq)
dan diawal pertumbuhannya oleh para ulama. Asal mula berkembangnya madrasah ra’yu di
Iraq adalah berkat Abdullah bin Mas’ud yang dekat sekali dengan Umar bin Khattab dan
pernah menjadi pejabat di bawahnya. Saat menjadi pendamping amir ammar bin yasir tugas
ke Iraq sekaligus berlaku sebagai guru di sana, ia membawa mazhab ijtihadi yang menjadi
tradisi umarini,dan berkembang madrasah ra’yu.
-Madrasah ra’yu ditegakkan atas beberapa asumsi dasar:
Pertama,nusus as-syaari’ah sifatnya terbatas,sedangkan peristiwa-peristiwa dalam masyarakat
yang tidak disebut dalam nas-nas.Kedua,setiap hukum syara’ memiliki relevansi dengan ‘illat
dan mengemban misi dan tujuan tertentu.Maka tugas mujtahid untuk menemukan ‘illat untuk
digunakan sebagai pegangan dalam merumuskan hukum atas kasus yang baru tersebut.
Sedangkan madrasah hadits berkembang di kawasan Hijaz. Basis metodologi madrasah
pertama-tama kepada al-Qur’an dan sunnah.Jika tidak terdapat rujukan nash, maka mereka
melihat pandangan para sahabat. Bila tidak memperoleh jawaban, mereka tidak memberikan
fatwa,atau dalam keadaan memaksa dapat menggunakan sandaran ra’yu.Jadi mereka tidak
sepenuhnya meninggalkan ijtihad untuk sesuatu yang tidak ada nash.
13. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 13
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dalam pemerintahan dinasti umayyah yang begitu panjang melahirkan beberapa
aliran pemahaman dalam hukum islam yang didasari oleh perluasan wilayah kekuasaan islam
sesuai dengan daerah di mana mereka bermukim.Ini disebabkan oleh tersebarnya para
sahabat dan tabi’in ke daerah-daerah kekuasaan negeri islam yang baru,dengan berbekal
pengetahuan hadis yang berbeda di antara mereka dan timbulnya persoalan hukum islam
yang berbeda bagi tiap-tiap daerah dimana mereka bermukim.Berbedanya cara mengambil
keputusan hukum menjadikan ulama-ulama pada masa ini terkelompokkan menjadi
dua.Pertama,mereka yang tetap berpegang teguh pada metode istinbath dan kedua,mereka
yang lebih banyak memberi porsi rasio pada fatwanya.
Pada masa ini khususnya di saat massa umar bin abdul aziz memegang banyak
kekhalifaan.Perluasan wilayah tidak lagi menjadi prioritas pemerintahan.Beliau lebih terfokus
pada bidang keilmuan sehingga pada saat itu beliau memimpin banyak hdist Rasulullah yang
dibukukan dari hafalan para sahabat dan tabi’in.Ini disebabkan karena para pemberi fatwa
pada masa ini tidak terkumpul di satu daerah.Selain itu seiring dengan berjalannya waktu
faktor politik memecah belah ummat islam menjdi beberapa aliran.Lambat laun mereka
menjaga jarak dengan kelompok yang bersebaran hingga akhirnya menolak hadist dan ftw
yang datang pada mereka di kala itu.
Dari pemaparan di atas penulis berharap pembaca dapat memahami sekilas tentang
meluasnya fiqih serta hadist pada masa khulafaur rasyidin hingga bani umayyah sehingga
dapat menambah wawasan tentang masalah ini.Dan tidak ada yang penulis inginkan dari
tulisan ini selain ridhoNya.
14. [Type the companyname] | Error! No text of specifiedstyle indocument. 14
DAFTAR PUSTAKA
As-Sayis,Syekh Muhammmad Ali.Tarikh al-fiqh al-islami.Diterjemahkan oleh Dedi Junaedi
dengan judul sejarah pembentukan dan perkembangan hukum islam.Jakarta:Akademika
Pressindo,1996
M.Hasbi As-Shidieqy.Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadist.Jakarta:Bulan Bintang,1987
Ismail,M.Syuhudi.Kesahihan Sanad Hadits.Ujung pandang:1409 H/1988 M